Peradaban manusia selalu identik dengan jejak ataupun peninggalan/warisan, entah secara simbolis ataupun abstrak yang bisa dibaca dan maknai sebagai penanda jaman. Bagaimana cara manusia mengingat atau mengenang sesuatu yang dirasa penting? Bagaimana generasi sekarang membaca peradaban di masa lalu? Bagaimana generasi sekarang mewariskan peradaban untuk generasi mendatang?
Kebudayaan tutur di kawasan Timur merupakan salah satu peradaban yang menjadi petanda jaman, yang bisa menjadi kelebihan, sekaligus kelemahan disisi yang lain. Cerita-cerita mengenai pengetahuan, kebijaksanaan lokal, tradisi adat di masa lampau, sejarah keluarga ataupun peristiwa-peristiwa penting, selalu diwariskan oleh para orangtua dengan cara bertutur lewat kata. Dapat dipastikan semakin lama usia warisan tersebut, cerita-ceritanya juga akan ikut tereduksi bahkan menghilang tanpa jejak. Ditambah sangat susah menemukan dokumentasi dalam bentuk tulisan di buku-buku. Sehingga dirasa sangat penting untuk memulai kerja-kerja pendokumentasian sejak dini untuk bisa jadi warisan bagi generasi mendatang.
Tentang Proyek Seroja, Mengapa Kami Melakukannya?
Badai Seroja telah berlalu, pun demikian sisa-sisa cerita tentang dampak yang dialami masyarakat masih terlintas jelas dalam benak. Menyisakan duka karena kehilangan anggota keluarga, kehilangan tempat tinggal, memporak-porandakan bangunan, fasilitas publik, rumah, menimbulkan trauma, kerugian material, hingga terbentuknya fenomena alam baru, dan berbagai cerita lainnya.
Proyek Seroja bertujuan ‘mendokumentasikan’ Peristiwa Siklon Seroja dari ‘Perspektif Warga Penyintas’. Sesuai dengan Misi SkolMus “Terus Berbagi Cahaya”, kami ingin mengajak warga terlibat dalam kerja-kerja pendokumentasian. Dalam proyek Seroja, kami ingin mengajak warga “Penyintas Badai Seroja NTT” 10 – 12 orang berpartisipasi mendokumentasikan secara tertulis momen bersejarah ini.
Silakan unduh panduan mendaftar dibawah ini:
Link Pendaftaran: klik disini