Parampuan Pung Carita – Pameran Foto Hasil Karya Para Fotografer Perempuan NTT

Parampuan Pung Carita – Pameran Foto Hasil Karya Para Fotografer Perempuan NTT

——

Kemajuan Fotografi di kota Kupang dan di NTT dalam 5 tahun terakhir ini sangat pesat. Di Kupang saja sudah lebih dari 10 komunitas fotografi berbasis genre yang berbeda. Kelompok fotografi di NTT berbasis Kabupaten pun tumbuh dengan pesat. Sejak awal berdirinya, SekolahMUSA sudah memfasilitasi dan mengikuti kurang lebih 5 pameran fotografi di Kupang. Dalam mengikuti dinamika kelompok-kelompok fotografi di Kupang dan NTT, ada sebuah fakta yang mengganggu: jumlah fotografer perempuan sedikit.

Fotografi adalah dunia yang cenderung maskulin, terkait dengan relasinya dengan gender dan sejarah kehadirannya di Indonesia. Ini adalah salah satu asumsi mengapa sedikit saja kaum  erempuan yang terlibat menggunakan seni dan medium fotografi untuk menyampaikan pesan: tentang dirinya, orang-orang disekitar dan lingkungannya. Sialnya, perkembangan medium ini, yang saat ini dikuasai kepentingan industri, iklan, pers dan media (termasuk media online) yang semakin menjerumuskan fotografi bukan sebagai media ungkap yang ekspresif dan personal, tapi sekedar bahasa tutur yang resmi, cantik, sopan dan tentu saja: MASKULIN.

Karena hal itulah tercetus ide untuk memberi ruang bagi fotografer perempuan di Kupang untuk mengekspresikan hasil foto mereka, tentang berbagai rasa yang hadir dalam kagum, takjub, sedih, marah, jijik, gembira, dan lain sebagainya. Memberikan wadah untuk eksplorasi, bukan sekadar eksploitasi.

Pameran Foto “Parampuan Pung Carita” (PPC) ini dilaksanakan dalam dua seri. Seri pertama adalah workshop pada 7, 14 dan 21 Februari 2015 dan kedua adalah pameran foto pada 2 – 14 Maret 2015. Workshop diikuti oleh 7 peserta fotografer perempuan dan pameran foto diikuti oleh 201 fotografer perempuan se-NTT.

Sepanjang dinamika “Parampuan Pung Carita” ini, ketika membicarakan perempuan dan fotografi; kami bisa sepakat bahwa bagi perempuan, fotografi adalah bahasa yang personal. Paling tidak dalam konteks kegiatan “Parampuan Pung Carita ini”. Ada dua hal yang yang membuat kami membenarkan asumsi ini.

Pertama, pada awalnya kami memimpikan bisa mengundang 50 fotografer perempuan untuk ikut serta dalam pameran ini dan berakhir dengan 20 fotografer saja yang bersedia. Kebanyakan memberi alasan “foto saya belum bagus” atau “foto saya belum layak dipamerkan”, padahal kami bisa melihat kekuatan pesan dalam karya-karya mereka yang diunggah ke media sosial. Hal ini juga membuat kami semakin sadar bahwa penjara “foto harus indah” masih jadi momok bagi kebanyakan fotografer perempuan. Ini jadi pekerjaan rumah buat SekolahMUSA.

Kedua, dari karya-karya pameran ini kita bisa melihat karakter pesan yang sama dari semua foto peserta.: perempuan yang bercerita tentang perempuan. Semua peserta mengambil pesan tentang cara pandang, empati dan kontemplasi mereka tentang keberadaan perempuan. Kami yakin ini bukan sekadar karena tema pameran yang mengangkat “perempuan”, karena sejak awal kami sudah berpesan; foto apa saja diterima. Pameran ini kemudian seakan menjadi riset kami tentang perempuan dan fotografi di NTT.

Kedua hal ini kemudian mementahkan pernyataan yang bilang begini “Jangan marah kalau laki-laki suka memotret perempuan cantik. Sama saja! Karena pasti perempuan juga suka memotret laki-laki.”

Pameran ini membuktikan bahwa pernyataan ini salah besar!***

Ebook tentang “Parampuan Pung Carita” (12 Mb) dapat diunduh disini: PPC Ebook

guest
0 Komen
Inline Feedbacks
View all comments