Pameran Foto “Anak Di Antara Hutan, Mata Air, Dan Batu” (Bagian 02)

Pameran Foto “Anak Di Antara Hutan, Mata Air, Dan Batu” (Bagian 02)

Sebuah Kolaborasi dari Komunitas Lakoat.Kujawas, SkolMus dan SMPK St. Yoseph Freinsdemetz Kapan (II)

Bagian II – Penulis : Tata Yunita

“Mengenali lingkungan sekitar dengan fotografi, menjadi pengalaman baru bagi saya”. Dan dengan gadget kita juga bisa menghasilkan karya”

– Alexander Fransiskus Karel Oematan | Salah satu Penutur Visual Desa Taiftob –

Kurang dari 1 minggu, tim SkolMus kembali berkunjung ke Lakoat.Kujawas. Kali kedua ini ada Armin Septiexan, Matis Manilapai dan Wandry Dami. Kunjungan kedua dilakukan untuk melanjutkan praktik foto di beberapa tempat, melakukan evaluasi terhadap hasil foto peserta workshop, dan mengumpulkan hasil foto dari peserta. Dalam kunjungan, tim Pameran juga sudah mulai mempersiapkan lokasi dan hal-hal pendukung pameran. Hasil foto dari peserta workshop “Anak di Antara Hutan, Mata Air dan Batu” ini akan dipamerkan pada tanggal 14 sampai 17 Agustus 2019 bertempat di lapangan kantor Camat lama Mollo Utara, samping Puskesmas Kapan dan juga dekat dengan lokasi kegiatan 17 Agustus di Mollo, Kapan.

Pameran dalam ruangan tentang kearsipan Mollo, hasil karya kteatif dan buku-buku dari Perpustakaan Lakoat.Kujawas

Lokasi praktik yang dikunjungi untuk workshop kedua sedikit lebih banyak dan lebih luas dari workshop sebelumnya. Karena jumlah peserta yang cukup banyak maka peserta dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama melakukan praktik di pemukiman kampung Cina, Kapan di wilayah desa Oobesi. Kelompok kedua di wilayah sekitaran Batu Napi/Napjam (salah satu Batu nama untuk marga Oematan di Mollo), hutan di sekitar Napi, mata air Oelpuah dan mata air Noetupun, di wilayah desa Taiftob. Sedangkan, kelompok ketiga di kebun sayur, pemukiman dan mata air Lalin di wilayah desa Eonbesi.

Instalasi Pameran menggunakan bambu dan tali hutan. Salah satu foto dengan sub-tema “Batu”

Pameran foto “Anak Diantara Mata Air, Hutan dan Batu” menampilkan karya dari 12 penutur visual asal Lakoat.Kujawas. Mereka adalah Oland Oematan, Dimi Otemusu, Vita Seran, Chelsea Seran, Victor Satrio, Alexander Fransiskus Karel Oematan, Haikal Nokas, Yeni Liufeto, Tiara Naben, Alma Salomuwa, Basilia R Nati, dan Yoseph Alfredo Sesfaot.

12 Penutur Visual dari desa Taiftob

Setiap karya anak-anak yang lahir, kurang lebih menggambarkan situasi di tempat tinggal mereka, akses mereka terhadap air, kondisi hutan dan juga batu yang menjadi bagian dari cerita desa.

Frengky Lollo dan Henny Lada (tim Pameran) memilih untuk konsep instalasi pameran menggunakan bahan-bahan sekitar desa seperti bambu dan tali hutan dan berkolaborasi bersama orang-orang desa Taiftob (Willy Oematan, Justin Naben dan Karel Nomeni) dalam menciptakan pameran foto tersebut. Pameran ini juga di lakukan di luar ruangan sehingga menjadi tantangan bagi tim pameran dalam membuat tampilan pameran yang merespon ruang dan iklim di Kapan yang angin, embun dan resiko hilangnya foto di ambil orang.

Emosi pameran yang di ciptakan adalah tematik sesuai narasi besar tema yang di bagi dalam 3 komposisi yaitu kumpulan foto mata air, hutan, batu dan beberapa foto seperti sampah di sungai, portrait orang-orang desa dan hewan-hewan di sekitar desa. Untuk merespon ruang dan imaji tema dimensi ukuran setiap foto pun berbeda yaitu 60cmx40cm, 30cmx30cm dan 29,7cmx42cm

Proses Kurasi di Kantor Perkumpulan PIKUL (Adhi Lintang, Wandry Dami & Raymond Nara Kaha)
Proses Kurasi di Kantor Perkumpulan PIKUL

Tahap kurasi foto yang dihasilkan anak-anak dilakukan dua kali oleh SkolMus. Kurasi pertama dilakukan kurang lebih oleh lima sampai enam orang dari SkolMus. Tahap kedua kurasi dilakukan oleh Armin Septiexan. Kurasi dilakukan untuk menyeleksi foto-foto yang sesuai dengan tema “Anak di antara Hutan, Mata Air dan Batu”. Kemudian pembukaan pameran dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2019, dibuka dengan peluncuran buku puisi Tubuhku Batu, Rumahku Bulan karya kolaborasi komunitas Lakoat.Kujawas dengan SMPK St. Yoseph Freinsdemetz Kapan. Selanjutnya, masyarakat bisa menikmati karya penutur visual  hingga tanggal 17 Agustus 2019.

Disampaikan oleh Armin Septiexan (SkolMus), bagi kami workshop fotografi di Taiftob untuk anak-anak adalah satu satu proses belajar hal-hal baru terkait bagaimana melihat perspektif anak-anak dalam membingkai cerita di Taiftob lewat visual foto.

Pengunjung pameran yang paling banyak terdiri dari anak-anak

Insting dan rasa dalam memproduksi karya yang di hasilkan oleh anak-anak Taiftob tentu berbeda dengan “orang asing” yang sehari atau kebetulan lewat dan memotret Taiftob. Mereka (anak-anak) akan lebih bebas membuat karya dengan bahasa mereka karena tidak di bebani dengan teori/pakem fotografi yang mainstream.

Harapan Dicky Senda, Co-founder Lakoat.Kujawas adalah proses belajar ini tidak sampai di sini, ini hanya pintu pembuka saja bagi anak-anak bahwa mereka punya kesempatan yang luas. Ada banyak relawan (Petrus Maure dan Yanny Sapa) yang dengan senang hati mau membantu, Dicky berharap kolaborasi terus berjalan dan menjadi wadah bagi anak-anak untuk berkembang dan jadi titik awal bagi mereka untuk dipicu agar berkarya. Dan Dicky yakin setelah proses tersebut akan lahir inisiatif-inisiatif dari anak-anak terutama terkait fotografi.

Seorang penduduk desa Taiftob sedang mengambil air dekat sumber air yang bertepatan dengan lokasi pameran

Salah satu peserta workshop fotografi dan pameran foto “Anak di antara hutan, mata air dan batu”, Alexander Fransiskus Karel Oematan juga berharapa anak muda yang di tempat tinggalnya tidak hanya mementingkan gadget tapi bisa membuat gadget itu menjadi sesuatu yang berguna bagi orang lain, seperti membuat foto tentang cerita mengenai hal-hal unik yang menjadi ciri khas di Kapan. ***

guest
0 Komen
Inline Feedbacks
View all comments