Entry Not Found

Entry Not Found

Simpang Susun Arsip Kolonial

Bagaimana pekerja budaya Indonesia bisa mengakses arsip eks-kolonial yang disimpan di Belanda dengan lebih asik dan santai? Nieuwe Instituut bekerja sama dengan Gudskul dan arsitekturindonesia.org menghadirkan pameran Simpang Susun Arsip Kolonial. Melalui rangkaian lokakarya, delapan peserta undangan mengeksplorasi beragam kemungkinan akses dan kolaborasi terhadap arsip arsitektur Indonesia pra-kemerdekaan yang menjadi bagian dari Koleksi Nasional Belanda di Rotterdam. Para peserta terdiri dari peneliti, seniman dan kolektif seni serta arsitektur dari Solok, Jakarta, Bandung, Sidoarjo, Palu dan Kupang.

Salah satu tangkapan layar website arsip yang memuat arsip tentang Kupang

ENTRY NOT FOUND adalah artikulasi kebingungan, kebuntuan, dan frustrasi yang dialami SkolMus selama empat tahun terakhir ketika sulit menemukan arsip tentang Kupang karena pembatasan akses.

Ketika melakukan pencarian dengan kata kunci “Kupang” di mesin pencari Google, kami menemukan bahwa salah satu rekomendasi pertanyaan yang diberikan oleh Google adalah, “Apa Kupang masih termasuk Indonesia?” 

Menarik, sebab, Kupang bukan hanya bagian dari Indonesia tapi juga merupakan ibukota dari Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pengalaman ini pada akhirnya membawa kami pada satu keinginan untuk memanfaatkan workshop dan pameran ini untuk memperkenalkan Kupang dan mengangkat beberapa isu mengenai pengarsipan yang saat ini sudah kami nikmati sebagai makanan sehari-hari dalam proses pengarsipan publik MEREKAM KOTA.

Studi kasus yang dipilih dalam workshop ini adalah arsip dari enam orang arsitek yang pernah berkarya di beberapa wilayah di Indonesia kecuali Kupang. Karya dari para arsitek ini berhasilkan diarsipkan dengan baik dan masuk dalam koleksi HNI. Meskipun di Kupang yang pada masa kolonial Hindia Belanda masuk dalam wilayah Residen Timor terdapat beberapa gedung peninggalan kolonial, tidak ada catatan mengenai siapa yang mendesain gedung-gedung tersebut. 

Tim pengarsipan MEREKAM KOTA 2022 dan cerita mereka tentang kerja-kerja pengarsipan
Pengunjung pameran dalam karya Entry Not Found
Video art tentang “Pencarian dan beberapa koleksi arsip milik Keluarga Leopold Nisnoni
Ilustrasi mengenai kerja-kerja pengarsipan MEREKAM KOTA sebagai metode

Kesulitan untuk mencari dan/atau mengakses arsip yang berkaitan dengan Kupang dalam koleksi badan arsip milik Belanda ataupun Indonesia sebenarnya menjadi masalah sendiri bagi warga kota. Arsip sebagai sumber pengetahuan mengenai proses pembentukan kota dapat menjadi faktor yang penting bagi warga kota mengenal identitas kotanya sendiri. Bila tidak ada arsip, atau arsip sulit untuk diakses, bagaimana pada akhirnya warga kota mengenal identitas kotanya sendiri? Hal ini terutama penting bagi Kupang yang merupakan sebuah kota perdagangan di mana orang-orang yang berdiam di dalamnya berasal dari berbagai latar belakang. Perbedaan latar belakang menuntut sebuah common knowledge mengenai mengapa warga kota ini bisa ada di sini hari ini. Arsip menjadi salah satu sumber pengetahuan untuk mendapatkan common knowledge itu. Sayang sekali, selain sulit diakses, seringkali bahkan tidak ada arsip yang bicara mengenai Kupang. 

Dalam jangka waktu empat tahun terakhir, SkolMus memang fokus pada isu pengarsipan publik. Fokus ini terwujud dalam bentuk program pengarsipan publik MEREKAM KOTA. Secara garis besar, MEREKAM KOTA lahir dari satu pertanyaan besar, “Mengapa untuk mendapatkan arsip yang berkaitan dengan sejarah Kota Kupang, kami harus mencari jauh-jauh ke badan arsip Belanda?” 

Dari pertanyaan ini muncul inisiatif untuk mengumpulkan arsip milik keluarga-keluarga yang ada di Kupang berkaitan dengan sejarah perkembangan kota. Hingga saat ini, MEREKAM KOTA berhasil mengumpulkan kurang lebih dua ribu arsip dari keluarga dan berbagai lembaga yang ada di Kupang. Sembilan puluh persen arsip yang berhasil dikumpulkan berasal dari keluarga-keluarga di Kupang. Arsip-arsip ini kemudian kami sebut sebagai participatory archives. Kami menawarkan metode ini sebagai salah satu upaya yang efektif untuk mengumpulkan arsip. 

Koleksi dan kolaborasi

Koleksi Nasional Belanda untuk Arsitektur dan Perencanaan Kota, disimpan oleh Nieuwe Instituut, terdiri dari foto, gambar, peta, surat, dan berbagai bentuk dokumen lain yang, antara lain, berkaitan dengan peninggalan arsitektur (eks-kolonial) Belanda, termasuk lingkung bangun di Indonesia. Rekaman-rekaman arsip tersebut dirawat dengan baik di fasilitas penyimpanan arsip, tetapi aksesibilitasnya, terutama untuk komunitas di Indonesia, sangat terbatas oleh karena lokasinya berada di Rotterdam.

Memandang batasan geografis tersebut tidak hanya sebagai masalah kritis melainkan juga titik acuan untuk menjalin kolaborasi, Nieuwe Instituut, Gudskul, dan arsitekturindonesia.org mengadakan serangkaian lokakarya sejak Desember 2022 hingga Januari 2023 dengan membagikan sumber daya, perangkat, serta jaringan kepada peserta terpilih untuk kemudian mengakses dan mengaktivasi koleksi tersebut. Baik lokakarya maupun pameran ini menanggapi permasalahan aksesibilitas arsip sembari mempertanyaan batas-batas dari relasi kolonial, dengan harapan membuka kanal kolaborasi yang berkelanjutan antar jaringan institusi, kolektif, dan individu.

Puzzle arsip Berlage
Arsip Berlage, salah satu arsip yang menjadi bahan penggalian dan eksplorasi karya selama workshop
Tim SkolMus yang mengikuti workshop dan pameran

Puncak dari workshop adalah Pameran Simpang Susun Arsip Kolonial yang berlangsung 23 Februari-8 Maret 2023 di Gudskul. Pameran ini menampilkan instalasi, video, gambar, maket, benda temuan, cetak biru, dan permainan yang merespon materi serta narasi arsip-arsip arsitektur Indonesia masa lampau dengan merefleksikannya pada konteks hari ini. Rangkaian pameran dan lokakarya ini mendekatkan arsip yang sebelumnya sulit kita akses di Indonesia.

Sejak bulan Desember 2022 SkolMus bersama tujuh peserta undangan lainnya terlibat dalam Workshop Simpang Susun Arsip Kolonial yang diselenggarakan oleh Het Nieuwe Instituut (@nieuweinstituut) bekerja sama dengan Gudskul (@gudskul) dan arsitekturindonesia.org (@indonesiaarsitektur).

Dalam empat sesi pertemuan, berbagai kemungkian akses, eksplorasi, dan aktivasi terhadap arsip arsitektur Indonesia pra-kemerdekaan yang menjadi bagian dari Koleksi Nasional Belanda di Rotterdam coba dilakukan. Kerja-kerja pengarsipan yang telah dilakukan oleh SkolMus melalui program MEREKAM KOTA (@memoriruangimajinasi) menjadi titik pertemuan gerakan SkolMus dan gerakan-gerakan pengarsipan lainnya yang dilakukan oleh berbagai komunitas, lembaga dan individu di berbagai tempat.***

_______________________________________________________________________________________________________________

Seniman

Albert Rahman Putra (Solok) 

Bangkit Mandela & Bardha Gemilang (Tangerang Selatan) 

Endira F. Julianda & Kevin Trikusumo Febriansyah (Bandung) 

golCAR / Angga Cipta, Ario Fazrien, Degi Bintoro, Ervancehavefun, Indras Oktafia, Muhammad Rifqi Fajri (Jakarta) 

Kecoak Timur / Moch. Krismon Ariwijaya, Muhammad Agid Antaris Sinal, Rifandi Dapril Pranawa (Sidoarjo)

Rahmadiyah Tria Gayathri (Palu) 

SkolMus / Armin Septiexan, Frengki Lollo, Ifana Tungga, Remon Nara Kaha, Sherly Atty (Kupang)

Yasmin Tri Aryani (Jakarta) 

Tim Kurator

Carolina Pinto (Nieuwe Instituut)

Delany Boutkan (Nieuwe Instituut)

Gesyada Siregar (Gudskul)

Rifandi Nugroho (Gudskul)

Robin Hartanto (arsitekturindonesia.org)

Setareh Noorani (Nieuwe Instituut)

Produser Kreatif Nieuwe Instituut

Creative Producer Nieuwe Instituut

Ina Hollmann